Dulurnet, isu soal aktivitas flaring dari cerobong milik PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) makin bikin resah warga Kota Cilegon khususnya mereka yang berada di sekitar lokasi. Selama dua pekan terakhir, keluhan terus bermunculan, mulai dari suara bising, bau kimia, tembok rumah warga yang retak, sampai susahnya nelayan cari ikan di laut.
DLH Turun ke Lapangan, Keluhan Warga Terus Bertambah
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cilegon, Sabri Mahyudin, mengatakan tim dari bidang pengaduan sudah diturunkan buat ketemu langsung sama warga terdampak dan ngedengerin keluhan mereka satu per satu.
“Bidang pengaduan sudah turun ke warga untuk menghimpun keluhan. Kami akan bersurat secara resmi ke PT Lotte untuk menindaklanjuti semua laporan tersebut,” ujar Sabri saat ditemui Selasa (3/6/2025).
Surat Resmi Masih Disusun, Keluhan Warga Menjadi Dasar
Melansir dari pemberitaan faktabanten.co.id (03/06/2025), DLH saat ini masih nyusun surat resmi yang bakal dikirimkan ke pihak perusahaan. Sabri menjelaskan kalau prosesnya agak makan waktu karena laporan dari warga di berbagai RT masih terus dikumpulkan.
“Kami sedang menyusun suratnya. Semua keluhan dari berbagai RT sedang kami kumpulkan sebagai bahan dasar surat itu,” ungkapnya.
Keluhan Bising Hingga Nelayan Sulit Cari Ikan
Walaupun belum ada laporan tertulis dari warga secara formal, tapi DLH ngaku udah dapet banyak curhatan saat mereka turun langsung ke lapangan. Suara cerobong yang bising jadi keluhan utama. Beberapa warga juga ngeluh karena dinding rumahnya mulai retak-retak. Nelayan juga bilang mereka makin susah dapet tangkapan di laut sekitar area pabrik.
“Memang belum ada laporan tertulis langsung dari warga. Tapi saat kami turun langsung ke lapangan, mereka mengeluhkan hal-hal seperti bising, rumah retak, dan nelayan kesulitan mencari ikan. Semua itu sudah kami catat dan akan kami sampaikan ke PT Lotte,” jelasnya.
Baca juga: Dua Oknum Sebabkan "Bau Busuk" Menyengat di DLH Cilegon, DPD Brantas Tuntut 4 Hal Ini
Proses Pengumpulan Keluhan Masih Berjalan
Sampai sekarang, DLH baru terima laporan awal dari warga. Laporan tambahan dan perpanjangan waktu buat ngumpulin data belum dilakukan karena mereka masih fokus pada pengumpulan informasi dari lapangan.
“Laporan pertama sudah kami terima, yang kedua belum. Perpanjangan waktu pengumpulan data juga belum kami lakukan. Saat ini kami masih fokus mengumpulkan semua keluhan warga,” pungkasnya.
Sumber: faktabanten.co.id
Baca juga : Terkait Flaring PT LCI, DPRD Cilegon: Jangan Hanya Penjelasan Teknis, Siapkan Mitigasi Konkret
Apakah Hal Ini Tidak Terprediksi Sebelumnya oleh DLH?
Publik mencermati, kenapa DLH baru bergerak sekarang? Pabriknya udah berdiri, udah masuk masa uji coba operasional, dan logikanya segala kajian lingkungan udah dipenuhi dari awal sebelum izin keluar.
Kalau sekarang DLH baru mau ngirim surat ke perusahaan, pertanyaannya.. selama ini DLH kemana aja? Apa saat proses izin lingkungan, suara warga nggak diantisipasi?
Bukankah kajian AMDAL dan uji kelayakan lingkungan seharusnya udah prediksi potensi dampak seperti kebisingan dan mengganggu nelayan melaut?
Seyogyanya, hal-hal teknis dan potensi gangguan seperti ini udah dihitung jauh hari sebelum pabrik berdiri dan cerobongnya nyala. Tapi justru baru sekarang setelah keluhan warga rame, DLH seolah baru sadar dan tiba-tiba siap ‘menegur’.
Mestinya, DLH juga bisa jelasin secara terbuka ke publik: apakah semua persyaratan lingkungan udah dipenuhi sejak awal pembangunan pabrik ini? Warga berhak tau, jangan sampe semua ini jadi cerita klasik “izin udah keluar, baru ribut belakangan.”