
Viral video di instagram yang merekam kericuhan kecil di sekitar Gedung DPRD Kota Cilegon, pada Kamis (24/07/2025), ketika puluhan orangtua siswa yang sebagian besar adalah emak-emak mendatangi ruang wakil rakyat. Mereka datang bukan tanpa alasan. Anak-anak mereka yang tergabung dalam Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Kota Cilegon tahun 2024, hingga saat ini belum menerima hak yang dijanjikan oleh Pemerintah Kota melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol).
Menagih Reward Paskira kepada Kepala Kesbangpol
Permasalahan bermula dari janji manis yang diucapkan Kepala Kesbangpol Kota Cilegon, Sri Widayati, sejak Agustus 2024 lalu. Saat itu, para orangtua siswa dijanjikan akan ada pemberian uang pembinaan serta reward berupa perjalanan wawasan kebangsaan ke Yogyakarta, Magelang, dan Semarang. Janji itu bahkan sempat diulang kembali dalam pertemuan April 2025, dan disebut akan direalisasikan setelah Lebaran Mei 2025.
Namun hingga akhir Juli 2025, jangankan keberangkatan study tour, uang pembinaan pun tak kunjung diterima. Saat mencoba menghubungi pejabat yang bersangkutan, orangtua hanya menerima diam. Tidak ada balasan pesan, tidak ada angkat telepon, tidak ada itikad baik.
Merasa diabaikan, mereka pun mengadu ke DPRD. Bahkan, beberapa dari mereka sempat ‘melabrak’ langsung Sri Widayati saat hadir dalam rapat dewan. Sayangnya, lagi-lagi jawaban nihil. Dengan alasan “harus mengikuti rapat,” Sri menolak memberikan penjelasan.
Potret Ketimpangan Dana Paskibra, dari Hotel Tak Layak Sampai Dugaan Uang Dipotong
Permasalahan tak hanya soal reward yang tak kunjung turun. Orangtua juga menyoroti fasilitas yang jauh dari standar, bahkan terkesan menyedihkan. Alih-alih menginap di hotel berbintang seperti angkatan sebelumnya, siswa Paskibraka 2024 justru diinapkan di Hotel dengan grade kelas menengah kebawah. Makanan pun tak sesuai janji: dari yang seharusnya tiga kali sehari, hanya disediakan satu kali.
Lebih mengejutkan lagi, uang pembinaan yang seharusnya diberikan sebesar Rp1,5 juta, pada praktiknya hanya diterima Rp1,1 juta. Itu pun masih dipotong pajak sebesar Rp200 ribu. Artinya, siswa hanya membawa pulang sekitar Rp900 ribu. Tidak ada transparansi detail soal mekanisme pemotongan ini.
Kondisi ini memunculkan kecurigaan, apakah ada ‘permainan’ anggaran dibalik layar? Mengingat dana kegiatan disebut sudah dicairkan sejak awal tahun 2024. Jika memang uangnya ada, ke mana sebenarnya dana itu mengalir?
Anak Masih Ditugasi Melatih, Tapi Hak Masih Menggantung. Ada Eksploitasi?
Meski belum mendapat hak mereka, anak-anak Paskibraka 2024 masih diminta untuk ikut melatih calon paskibraka tahun ini. Situasi ini membuat orangtua geram. Bagaimana bisa anak yang belum dibayar justru diminta kerja tambahan?
Bagi sebagian orangtua, ini bukan sekadar pelanggaran etika, tapi bentuk eksploitasi terselubung. Anak-anak mereka sudah selesai masa tugasnya, seharusnya hak mereka dituntaskan lebih dulu sebelum diminta kontribusi lebih lanjut. “Dipakai terus, tapi haknya nggak dikasih. Ini kan keterlaluan,” ujar salah satu orangtua yang hadir di DPRD.
Jika pemerintah daerah betul-betul menghargai semangat kebangsaan, maka bentuk paling sederhana adalah menepati janji kepada anak-anak yang telah mengibarkan Merah Putih di puncak HUT RI.
Harus Dimaklumi, Uang Itu Harapan Nyata di Tengah Sulitnya Ekonomi
Di tengah kondisi ekonomi yang semakin berat, uang pembinaan itu bukan sekadar bentuk apresiasi—melainkan harapan nyata. Banyak orangtua siswa berharap dana tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan pendidikan anak, biaya sekolah, transportasi, atau bahkan hanya sekadar beli perlengkapan belajar.
Mereka bukan meminta sesuatu yang tidak ada, mereka hanya menagih janji yang sudah diumumkan secara terbuka oleh pejabat negara. Kekecewaan mereka wajar. Mereka bukan hanya kehilangan kepercayaan, tapi juga merasa dihina oleh sikap diam yang ditunjukkan pemerintah kota.
Sudah saatnya ada audit transparan atas anggaran kegiatan Paskibraka. Karena ketika janji tak ditepati dan dana tak jelas ke mana, yang rusak bukan cuma kepercayaan publik, tapi juga semangat nasionalisme generasi muda.
Referensi:
- radarbanten.co.id – reporter: Adam Fadillah (24/07/2025)
- bco.co.id – oleh: Adji Ramadhan (24/07/2025)