Flaring LCI Bikin Nelayan Resah, Laut Menyala Tapi Tangkapan Cumi Meredup


Minimnya Hasil Tangkapan, Nelayan: Padahal Ini Musim Cumi

Aktivitas flaring yang diperpanjang oleh PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) bukan cuma soal cahaya di langit malam. Buat nelayan di Cilegon, itu berarti hasil tangkapan yang makin seret dan pendapatan yang terus merosot.

Sejumlah nelayan mengaku terpaksa pulang dengan jaring nyaris kosong. Jangankan membawa hasil untuk dijual dan membiayai kehidupan keluarga, untuk mengganti solar saja sudah habis.

Apakah Cahaya Flaring Ganggu Ekosistem Laut?

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Cilegon, Supriyadi alias Yadi, menjelaskan bahwa flaring mengganggu konsentrasi nelayan dan perilaku hewan laut. “Dampaknya nyata terhadap penangkapan cumi dan udang. Cahaya dari flaring menyebar ke laut dan mengganggu aktivitas tangkap,” ujar Yadi.

Melansir dari pemberitaan wartaalbantani.com (29/06/2025), Yadi menyebut kondisi ini ironis karena bertepatan dengan musim cumi, saat seharusnya tangkapan lagi melimpah. “Sekarang ini musim cumi, tapi tangkapannya minim. Itu sangat berdampak secara ekonomi,” keluhnya.
 

Alat ISPU Mati, Informasi Kualitas Udara Gelap

Di tengah kondisi ini, wajar jika warga dan nelayan memiliki opini sendiri berdasarkan apa yang mereka lihat dan rasakan. Dari pemberitaan sebarindo.com (29/5/2025), alat Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang vital bagi pemantauan kualitas udara dilaporkan rusak tidak berfungsi. Akibat hal ini masyarakat gelap akan informasi kualitas udara. Alat ini milik Pemkot Cilegon dan tersebar di Simpang, Pondok Cilegon Indah (PCI), Ciwandan dan Gerem.

Tanpa data dari alat ISPU, warga hanya bisa mengandalkan pengamatan langsung terhadap perubahan lingkungan sekitar. Misalnya, nelayan yang melihat perubahan perilaku ikan atau warga yang merasakan udara lebih panas dan berbau menyengat.
 

Tanggung Jawab Sosial Terhadap Nelayan dan Warga Sekitar Dipertanyakan

Yadi juga mempertanyakan tanggung jawab sosial dari PT LCI. Sekadar memberi tahu bahwa flaring diperpanjang, menurutnya, tidak cukup. “Harapan kami, LCI tidak hanya menyampaikan informasi soal perpanjangan flaring, tapi juga memberi perhatian terhadap dampaknya terhadap nelayan, baik dari segi hasil tangkap maupun ekonomi keluarga,” tegasnya.

Sebelumnya, memang ada pembagian 300 paket sembako di dua titik. Tapi setelah masa flaring diperpanjang? Nihil kabar. “Soal nilai bantuannya saya tidak tahu pasti. Tapi yang saya dengar, memang ada pembagian 300 paket sembako di dua lokasi. Namun, belum ada pembicaraan lanjutan setelah perpanjangan diumumkan,” tambah Yadi.
 

Hasil Tangkapan Minim Ditengah Tekanan Ekonomi

Di tengah tekanan ekonomi dan hasil laut yang tak menentu, ketidakjelasan durasi flaring bikin nelayan makin gelisah. Tanpa kepastian dan tanggung jawab dari pihak perusahaan, masa depan nelayan lokal jadi taruhan.

Yadi menuturkan harapannya, “Ketidakjelasan soal durasi perpanjangan ini yang membuat nelayan semakin khawatir. Harapannya, ada kejelasan dan juga bentuk tanggung jawab dari perusahaan,” tutupnya.

Sumber: wartaalbantani.com
Produk Sponsor