Latar Belakang Kebijakan Sensor
Pemerintah Tiongkok menyatakan bahwa kebijakan ini diambil karena adanya kekhawatiran terhadap citra pria yang dianggap lembut (soft) di media massa. Menurut pihak berwenang, tayangan tersebut dinilai dapat "mengganggu" pandangan anak muda mengenai maskulinitas yang ideal. Dalam penerapan aturan ini, pemerintah secara terbuka menggunakan istilah "niang pao", sebuah sebutan yang merendahkan bagi pria dengan ekspresi gender yang dianggap kurang maskulin.
Standar Baru Maskulinitas di Layar Kaca
Kebijakan tersebut menetapkan standar penampilan yang jelas bagi pria yang akan tampil di televisi. Standar baru yang diwajibkan adalah citra aktor yang maskulin, ditandai dengan "wajah tegas dan gaya bicara yang berwibawa". Aturan ini bertujuan untuk memancarkan aura ketegasan sesuai dengan citra ideal pria Tiongkok yang diinginkan pemerintah.
Dampak bagi Industri Hiburan
Implementasi kebijakan ini secara efektif memaksa banyak selebritas pria, khususnya kalangan muda dengan gaya yang lebih modis dan lembut, untuk mengubah penampilan mereka. Para selebritas yang tidak mematuhi standar tersebut berisiko menghadapi sensor massal dan kehilangan kesempatan untuk tampil di berbagai program televisi nasional.
Kritik dan Kontroversi Publik
Meskipun pemerintah mengklaim aturan ini sebagai upaya menjaga nilai budaya, kebijakan tersebut menuai kritik tajam baik dari dalam maupun luar negeri. Sejumlah pihak menilai larangan ini memperkuat stigma negatif terhadap keberagaman ekspresi gender. Selain itu, kebijakan ini juga dianggap membatasi kebebasan berekspresi para seniman dan memaksakan definisi maskulinitas yang sempit serta konservatif kepada publik. Terlepas dari kritik yang ada, pemerintah Tiongkok dilaporkan tetap melanjutkan pengawasan ketat terhadap konten hiburan.
Referensi:
Sumber artikel: lambeturah.co.id (24/11/2025)