Menilik Potensi Situ Rawa Arum di Cilegon, Dari Kota Baja Menuju Destinasi Wisata Impian?


Cilegon kembali mengumandangkan ambisinya di sektor pariwisata. Kali ini, sorotan tertuju pada Situ Rawa Arum, satu-satunya danau alami di kota industri tersebut yang rencananya akan disulap menjadi destinasi multifungsi.

Namun, di balik pengumuman yang optimis ini, tersimpan pertanyaan fundamental: apakah ini langkah awal transformasi sejati Cilegon, atau sekadar proyek tambal sulam yang miskin perencanaan di tengah dominasi citra industri yang pekat?

Seperti yang diberitakan oleh banten.antaranews.com (03/11/2025), Pemerintah Kota Cilegon mengumumkan rencana pengembangan danau seluas 12 hektare itu akan dimulai dalam waktu dekat.

Proyek ini mengusung dua misi utama: menjadi magnet wisata baru untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan sebagai sumber air baku untuk Perusahaan Umum Daerah. Sebuah gagasan yang di atas kertas terdengar brilian, namun dalam praktiknya menyimpan potensi konflik yang serius.


Ambisi Ganda di Tepi Danau, Wisata atau Air Baku?

Menyatukan fungsi pariwisata dan sumber air baku industri dalam satu ekosistem danau yang terbatas adalah sebuah pertaruhan besar. Pariwisata berbasis alam menuntut keindahan visual, kualitas air yang terjaga, dan kelestarian lingkungan yang stabil.

Di sisi lain, eksploitasi sebagai sumber air baku berpotensi besar menyebabkan fluktuasi level air, perubahan ekosistem, dan penurunan kualitas visual danau. Mana yang akan menjadi prioritas ketika kebutuhan industri akan air berbenturan dengan kebutuhan estetika pariwisata? Tanpa cetak biru teknis yang jelas dan transparan mengenai mitigasi dampak, ambisi ganda ini bisa berakhir dengan kegagalan di kedua sisi, menciptakan destinasi wisata yang tak menarik dan sumber air baku yang tak lestari.


Rencana Matang atau Sekadar Wacana Politis?

Fakta paling krusial yang terungkap dari pengumuman tersebut adalah belum ditunjuknya Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau pihak pengelola definitif untuk Situ Rawa Arum. Pernyataan bahwa proyek akan dimulai pekan depan sementara juru mudinya belum ditentukan mengindikasikan ketergesa-gesaan yang patut dipertanyakan.

Pengembangan destinasi wisata yang berhasil bukanlah hasil kerja semalam. Ia membutuhkan riset pasar yang mendalam, perencanaan tata ruang yang detail, studi kelayakan bisnis yang komprehensif, dan yang terpenting, sebuah model pengelolaan yang profesional sejak awal. 

Tanpa fondasi ini, proyek berisiko berjalan tanpa arah, rentan terhadap tumpang tindih kewenangan antar-OPD, dan pada akhirnya hanya menjadi monumen wacana yang terbengkalai.


Tantangan Membangun Sektor Pariwisata Ditengah Citra Kota Industri

Situ Rawa Arum lebih dari sekadar proyek pengembangan danau; ia adalah cermin dari keseriusan Cilegon untuk mendiversifikasi identitasnya. Selama ini, Cilegon lekat dengan citra 'Kota Baja' yang bising, panas, dan berpolusi. Menggarap pariwisata, terutama yang berbasis alam, menuntut sebuah komitmen total untuk mengubah citra tersebut.

Ini bukan hanya tentang membangun beberapa fasilitas di tepi danau. Ini tentang menciptakan narasi baru, membangun infrastruktur pendukung yang ramah turis, meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang pelayanan, dan yang terpenting, menunjukkan keberpihakan politik dan anggaran yang konsisten pada sektor pariwisata.

Nasib Situ Rawa Arum akan menjadi barometer sejati, apakah Cilegon benar-benar siap melangkah keluar dari bayang-bayang cerobong asap industrinya untuk menyambut fajar pariwisata yang lebih cerah.

Referensi:

ANTARA. (2025, November 3). Pemkot Cilegon kembangkan Situ Rawa Arum untuk wisata dan air baku. banten.antaranews.com.

Produk Sponsor