Wacana Pemprov Banten Buat Program Semi Militer Disambut Positif DP3AP2KB Cilegon


Dulurnet, gimana kalau anak-anak nakal dibina lewat program semi-militer? Seperti yang sudah bergulir di Provinsi Jawa Barat. Wah kira-kira kalau sampe diberlakukan, bakal efektif gak yah? Kepala DP3AP2KB Cilegon sampaikan pandangannya. Biar gak cuma penasaran, lanjut bacanya sampe tuntas ya


DP3AP2KB Cilegon Sambut Positif

Program semi-militer buat anak-anak nakal rupanya mendapat angin segar dari Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Cilegon, Lia Nurlia Mahatma. Walaupun belum ada instruksi resmi, Lia mengaku menyambut positif wacana dari Pemerintah Provinsi Banten tersebut.

Melansir dari pemberitaan faktabanten.co.id (04/06/2025), Lia bilang bahwa arah kebijakan ini cukup baik walaupun pelaksanaannya masih menunggu arahan dari pimpinan daerah. “Kalau menurut saya kebijakan provinsi bagus yah, kalau di kita tinggal menunggu pimpinan saja seperti apa kalau dari saya kan belum ada fokus,” ujarnya.


Cilegon Masih Belum Siap Fasilitas

Meski mendukung secara konsep, Lia menggarisbawahi bahwa Kota Cilegon belum punya fasilitas pendukung, seperti barak atau pusat pelatihan yang biasanya digunakan dalam pelatihan semi-militer. “Tapi dengan kaitan ini kita belum ada instruksi, dan di Cilegon kan tidak barak dan pusat latihan militer,” ungkapnya.

Sebagai OPD yang fokus ke isu perlindungan anak, DP3AP2KB lebih banyak terlibat dalam penanganan kasus kekerasan anak serta program preventif yang menyasar sekolah-sekolah. “Kalau kita di perlindungan anak kan berkaitan dengan korban-korban yang kita tangani,” tambahnya. “Kalau perlindungan preventif kan sudah kita melakukan preventifnya dan memberikan pemahaman di sekolah seperti apa yang harus dijaga.”


Cilegon Siap Berpartisipasi

Di sisi lain, jika nantinya program semi-militer ini benar-benar dijalankan di level Provinsi, maka partisipasi dari kabupaten/kota sangat mungkin dilakukan. “Kalau memang ke depan jadi di Provinsi mungkin pengiriman dari kabupaten kota,” jelas Lia.

Lia juga menilai metode semi-militer ini bisa jadi cara baru yang lebih tegas buat ngebina anak-anak yang sering dianggap “susah diatur”. “Kita menyambut positif yah, kalau anak-anak itu kan kalau tidak distresing tidak ada yang membuat mereka takut, selama ini kan hanya memberikan nasehat bukan berupa hukuman yang membuat mereka jera,” katanya blak-blakan.


Mengasah Karakter Anak, Tapi Perlu Kajian Mendalam

Optimisme Lia terletak pada potensi besar program ini dalam menciptakan generasi muda yang kuat secara mental dan disiplin. “Ini sangat positif sekali yah, mudah-mudahan menjadikan anak-anak ini, generasi emas terwujudkan,” pungkasnya.

Namun tetap saja, pertanyaan mendasar soal mekanisme pelatihan, pendekatan psikologis, hingga perlindungan hak anak masih jadi PR besar. Apakah nanti konsep semi-militer ini akan menggunakan pendekatan lembaga pembinaan seperti di Jawa Barat, yang melibatkan kolaborasi antara psikolog, pendamping sosial, dan tenaga militer, atau malah lebih condong ke metode penegakan disiplin yang keras?

Provinsi Banten perlu menjelaskan skema teknisnya secara terbuka agar tidak justru menimbulkan trauma baru bagi anak-anak yang sebenarnya butuh perlindungan, bukan sekadar hukuman.


Sumber: faktabanten.co.id

Produk Sponsor