Dulur fakta Cilegon, kepemimpinan Helldy Agustian sebagai Walikota Cilegon dan Ketua DPC Gerindra kini berada di bawah sorotan tajam. Apa alasannya?
Performa Antiklimaks sebagai Walikota
Kegagalan dalam mengelola anggaran daerah yang menyebabkan defisit hingga ratusan miliar rupiah telah mengakibatkan dampak serius bagi masyarakat, termasuk keterlambatan pembayaran honor bagi tenaga honorer dan pegawai lainnya.
Ironisnya, di tengah desakan berbagai element masyarakat yang menuntut kejelasan nasib akibat terdampak defisit APBD ini, Helldy tidak sekalipun menunjukkan sikap gentleman untuk menemui massa langsung.
Sikap yang terkesan "bersembunyi" ini bukanlah sikap yang diharapkan dari seorang kader Gerindra yang seharusnya berjiwa patriot dan ksatria.
Berdasarkan laporan dari BEM Banten Bersatu, aksi unjuk rasa yang digelar oleh mahasiswa menuntut hak-hak mereka yang terabaikan mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja Helldy.
"Kebijakan anggaran yang buruk telah merugikan banyak pihak, terutama tenaga honorer yang menggantungkan hidupnya pada gaji yang seharusnya mereka terima tepat waktu," ungkap Geri Wijaya, Sekretaris Jenderal BEM Banten Bersatu.
Hal ini menunjukkan bahwa Helldy tidak hanya gagal dalam memimpin kota, tetapi juga dalam memenuhi tanggung jawabnya sebagai ketua partai Gerindra yang semestinya berpihak kepada rakyat.
Kekalahan Pilkada Bahkan di Kandang Sendiri
Lebih jauh lagi, dalam Pilwalkot Cilegon 2024, Helldy mengalami kekalahan telak di kandang sendiri, yang semakin mempertegas bahwa ia tidak mampu mendongkrak kemenangan untuk Gerindra.
Seperti yang diberitakan oleh Tribun Banten, "Calon petahana Helldy Agustian kalah telak di kandang sendiri," menandakan bahwa dukungan dari partai yang seharusnya solid tidak cukup untuk mengantarkan Gerindra sebagai pemenang Pilkada Cilegon.
Citra positif yang berusaha digenjot melalui masifnya pemberitaan Helldy sebagai walikota penerima berbagai penghargaan dipandang terlalu kuno. Strategi kampanye tim pemenangan Helldy hanya menghasilkan ilusi. Cara-cara lama seperti itu sempat efektif di tahun 2014.
Bahkan untuk Pilkada Gubernur Banten, gerbong Gerindra dibawah komando Helldy tak mampu menggenjot suara untuk pasangan Andra-Soni. Pasangan Airin-Ade lah yang meraih kemenangan di Kota Cilegon.
Bukan tidak mungkin, rangkaian kegagalan ini membawa dampak negatif bagi citra Partai Gerindra di mata masyarakat Kota Cilegon.
Masihkah Layak?
Dengan situasi yang semakin memburuk, banyak yang mempertanyakan kelayakan Helldy untuk terus menjadi ketua Gerindra di Cilegon.
Ketidakmampuannya untuk menghadapi gelombang aksi masyarakat dan memberikan solusi konkret banyak pihak mempertanyakan kelayakan Helldy untuk memegang jabatan tersebut.
Terlebih lagi, prosesnya menjadi ketua DPC sarat dengan pertukaran kepentingan jangka pendek, bukan melalui proses kaderisasi yang panjang. Mengingat sebelumnya Helldy adalah kader dari partai Berkarya.
Figur Helldy sebagai politisi menjadi antitesis bagi partai Gerindra di Kota Cilegon. Dalam konteks ini, Helldy Agustian perlu dievaluasi kembali posisinya di DPC Gerindra Cilegon dan mempertimbangkan langkah-langkah yang lebih konstruktif untuk memperbaiki keadaan.
Penulis & Editor: Supardi
(Bukan wartawan senior yang berpengalaman lebih dari 12 tahun)