Mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cilegon, Maman Mauludin, akhirnya angkat bicara mengenai proses pencopotan dirinya dari kursi jabatan strategis tersebut.
Setelah sempat bungkam, sosok yang juga mantan Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKPAD) Kota Cilegon itu membeberkan detail kronologi yang ia klaim sebagai upaya sistematis untuk menggulingkannya dari posisi Sekda.
Awal Mula Upaya Pencopotan
Menurut keterangan Maman Mauludin, isu mengenai pemberhentian dirinya sebagai Sekda bukanlah hal yang baru terjadi secara tiba-tiba.
Ia mengungkapkan bahwa rencana penggantian atau pemberhentian dari posisi Sekda Cilegon telah digulirkan sejak jauh hari.
Maman menyebutkan, upaya pemindahan atau pencopotan itu mulai berlangsung sejak sekitar lima bulan sebelum ia memberikan pernyataan ini. Periode krusial yang ia sebutkan adalah pada Agustus 2025.
Kronologi Upaya Penggulingan
Maman menjelaskan, proses yang berujung pada pembebastugasan jabatannya tersebut dimulai secara intensif pada tanggal 27 Agustus 2025.
Tanggal tersebut, menurutnya, menjadi titik awal dari serangkaian langkah yang diarahkan untuk mengakhiri masa baktinya sebagai pejabat tertinggi di kalangan aparatur sipil negara (ASN) Kota Cilegon.
Seluruh alur ini menunjukkan adanya proses terstruktur di balik keputusan pemberhentian tersebut.
Transparansi di Tengah Dinamika Birokrasi
Pernyataan terbuka dari Maman Mauludin ini memberikan gambaran sekilas tentang dinamika dan potensi konflik internal di lingkungan Pemerintah Kota Cilegon.
Jabatan Sekda merupakan posisi kunci yang menjembatani kebijakan politis dengan pelaksanaan teknis pemerintahan, sehingga setiap pergantian harus dilandasi alasan yang kuat dan transparan.
Untuk menjaga kepercayaan publik dan integritas tata kelola, kejelasan mengenai apakah pencopotan ini didasarkan pada evaluasi kinerja objektif ataukah faktor non-teknis menjadi hal yang esensial untuk diungkap.
Sumber: selatsunda.com (03/12/2025)