Prioritas Pembangungan di Kota Cilegon Dipertanyakan
Belakangan ini media sosial menjadi ruang komunikasi terbuka di mana suara publik tak lagi berbisik, melainkan berteriak melalui unggahan konten. Di tengah hiruk pikuk politik lokal, sebuah gambar mendadak viral di Cilegon. Bukan foto otentik, melainkan karya kecerdasan buatan (AI) yang dengan visual realistik menggambarkan landmark kota industri itu terendam banjir.
Namun, yang membuat foto tersebut menjadi "perbincangan" bukan sekadar visualnya, melainkan tulisan yang menyertai: "yang urgensi banjir, yang dibangun lampu dan trotoar ala-ala jogja".
Kalimat itu adalah kritik yang padat, tajam, dan langsung menohok jantung prioritas pembangunan. Ini adalah cerminan dari frustrasi kolektif warga yang melihat dana kota dialirkan untuk mempercantik permukaan, sementara masalah akar, yaitu ancaman banjir langganan, seolah hanya diberi janji yang berjarak dari tiap periode pemerintahan.
Antara Estetika Kota dan Ancaman Banjir Tahunan
Reaksi warga Cilegon tak terhindarkan. Banyak yang bertanya-tanya, benarkah suasana banjir separah itu? Meskipun di keterangan sudah dituliskan bahwa foto itu fiksi. Akan tetapi narasi kritik di baliknya adalah realitas. Foto AI itu hanyalah "corong digital" yang mewakili perasaan banyak orang yang lelah dengan genangan air setiap kali hujan deras mengguyur.
Merespons kegaduhan ini, Wali Kota Robinsar memberikan klarifikasi. Ia menegaskan bahwa foto tersebut tidak benar, dan hanya merupakan imajinasi. Lebih lanjut Robinsar menjelaskan penanganan banjir bukanlah hal yang luput dari prioritasnya, justru sudah menjadi perhatian utamanya sejak ia menjabat pada tahun 2024. Semua program, menurutnya, harus berjalan beriringan, termasuk upaya penanggulangan bencana air ini.
Namun, ia meminta masyarakat untuk bersabar, sebab penanganan masalah fundamental seperti banjir membutuhkan "proses" yang panjang, mulai dari perencanaan, penganggaran, hingga eksekusi di lapangan.
Permintaan untuk bersabar adalah ungkapan yang sering didengar di ruang publik. Namun, bagi warga yang setiap musim hujan harus mengangkat perabotan, kesabaran itu terasa mahal dan melelahkan.
Kritik AI tersebut justru menuntut transparansi. Jika penanganan banjir adalah prioritas sejak 2024, masyarakat berhak mengetahui peta jalannya, berapa anggaran yang akan dialokasikan, titik mana saja yang menjadi fokus utama, dan kapan warga dapat melihat hasil konkret dari "proses" yang disebutkan itu.
Di Balik Gemerlap Kota Industri: Sorotan Angka Pengangguran Cilegon
Di tengah perdebatan sengit mengenai trotoar cantik dan drainase yang mandek, Kota Cilegon ternyata menyimpan "genangan" persoalan lain yang tak kalah mengkhawatirkan, yaitu lapangan pekerjaan. Viralitas foto AI itu adalah kritik atas pembangunan fisik, namun fokus publik juga harus diarahkan pada pembangunan sumber daya manusia yang terhambat.
Data faktual memberikan perspektif yang lebih mendalam. Seperti yang diberitakan oleh bco.co.id (09/11/2025), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Cilegon justru mengalami lonjakan yang signifikan. TPT tercatat naik menjadi 7,41 persen per Agustus 2025, sebuah kenaikan tajam jika dibandingkan dengan angka tahun 2024 yang "hanya" 6,08%. Ironisnya, angka ini menempatkan Cilegon sebagai kota dengan pengangguran terbanyak ketiga di Provinsi Banten.
Peningkatan dari 6,08% ke 7,41% dalam setahun adalah sinyal bahwa kran penyerapan tenaga kerja lokal belum berjalan sebanding dengan gemerlapnya investasi industri yang ada. Warga Cilegon, khususnya lulusan SMK dan S1, tentu berharap Wali Kota juga memiliki "proses" yang jelas dan timeline yang pasti mengenai penyerapan tenaga kerja lokal. Urgensi pengangguran, yang menyangkut hajat hidup orang banyak, harusnya mendapatkan klarifikasi dan peta jalan yang setara dengan penanganan banjir.
Mengubah Kesabaran Menjadi Aksi Konkret
Narasi tentang "proses" dan "kesabaran" memang diperlukan dalam pembangunan. Tidak ada solusi instan. Namun, narasi tersebut harus diimbangi dengan peta jalan yang terkomunikasikan secara terbuka. Masyarakat Cilegon tidak hanya butuh tahu bahwa banjir akan ditangani, mereka butuh tahu bagaimana, kapan, dan dengan dana berapa hal itu dilakukan.
Foto AI tersebut mungkin hanya sindiran digital. Namun, ia berhasil menjadi penanda bahwa masyarakat kini sudah cerdas dan kritis dalam menilai prioritas pemerintah daerahnya. Ini adalah momentum bagi Wali Kota Cilegon untuk mengetasi banjir di Cilegon, terutama di beberapa titik yang sudah terdeteksi langganan.
Dengan demikian seruan yang meminta masyarakat bersabar berubah menjadi janji aksi konkret yang terukur, baik dalam menanggulangi genangan air di jalan, maupun dalam mengatasi "genangan" pengangguran di kotanya.
Referensi:
- bco.co.id – 09/11/2025
- bantenraya.com - 10/11/2025